
Pemenang 3 SMNRI, DAR! Mizan Award 2005 Sepulang dari tanah Jawa, Omabak berubah total. Hanya darat, adat, dan suku Amungme-lah yang tidak pernah dia lepaskan. Namun, kebiasaan menyembah Dewa Mam On yang sering dilakukan orang-orang Amungme, membuatnya gelisah. Kesempatan pun hadir, ketika dia diangkat mantu oleh Ondoafi Teknay, Kepala Suku Amungme. Namun, rencananya tak semulus yang Omabak kira. Ondoafi Teknay menentang maksudnya, bahkan tak segan mengutuk Omabak, ketika dia mengetahui mantunya itu berani mengambil erom keramat, yang berarti penghinaan terhadap Mam On. Apa yang kemudian terjadi? Inilah salah satu novel remaja di Indonesia yang mengangkat latar etnik secara memikat. Kita dibawa memasuki pedalaman Papua; mengikuti berbagai ritual, mitos, dan dunia supranatural. Seperti sebuah masakan asing, kita mengunyahnya sambil menikmati rasa sedapnya. Mengasyikkan! Maman S. Mahayana Dosen Fakultas Sastra UI