
Saya suka akan sejumlah besar sajak Gus yang dikemas dalam buku ini � Sajak pertama yang berjudul �Daging� saya baca sebagai sejenis kredo yang menjelaskan bahwa puisi berayun-ayun antara �dongeng� dan �daging.� Penyair adalah puisi itu sendiri, ia cuma dongeng dan konon, tetapi sekaligus daging � di tengah perkembangan puisi yang miskin penguasaan atas bahasa di negeri ini, Gus telah berusaha untuk dengan cermat menciptakan bahasa � Gus tidak bersembunyi di balik pilihan kata yang gagah, tidak menggunakan tameng kalimat-kalimat yang tak juntrung tatanannya. Ia tidak terutama menggambar tetapi berpikir, namun sadar bahwa dalam puisi, apa pun harus menjadi konkret karena hakikat seni adalah mengkonkretkan yang abstrak � Sapardi Djoko Damono
Author

Gus tf Sakai, lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh Sumatera Barat. Ia menamatkan studinya di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Mulai menulis prosa pada usia 13 tahun sejak sebuah cerpennya memenangkan hadiah pertama pada sebuah lomba penulisan cerpen. Hingga sekarang ia telah menyelesaikan 2 novel, 7 novelet, dan 18 cerpennya memperoleh penghargaan yang diselenggarakan oleh berbagai media seperti majalah Anita, Femina, Gadis, Hai, Kartini, Matra dan harian Kompas. Karya-karyanya: * Segi Empat Patah Sisi (novel remaja, 1990 * Segitiga Lepas Kaki (novel remaja, Gramedia, 1991) * Ben (novel remaja, 1992) * Istana Ketirisan (kumpulan cerpen, 1996) * Sangkar Daging (kumpulan sajak, 1997) * Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (kumpulan cerpen, 1999), diterbitkan The Lontar Foundation dalam bahasa Inggris dengan judul The Barber and Other Short Stories 2002) * Tambo, Sebuah Pertemuan (novel, 2000) * Tiga Cinta, Ibu (novel, 2002) * Laba-Laba (kumpulan cerpen, 2003) * Ular Keempat (novel, 2005) * Daging Akar (kumpulan sajak, 2005) * Perantau (kumpulan cerpen, 2007)