Margins
Gugusan Mata Ibu book cover
Gugusan Mata Ibu
2006
First Published
3.62
Average Rating
132
Number of Pages
Rantau, sparring partner, silaturahmi, adalah tiga tradisi utama yang mewarnai perjalanan kepenyairan Raudal Tanjung Banua. Di sini ia mencoba merumuskan konsepsi personalnya tentang rantau sebagai jarak yang mendekatkan. Sesuatu yang semasa di kampung dianggap biasa, ketika diingat atau dikenang kembali, justru terasa baru. Tanda, lambang, dan nama-nama datang menggoda, membantunya mencipta idiom, metafora, dan gaya pengucapan; membuat perumpamaan, menghidupkan khazanah lama. Tradisi rantau pula yang membawa Raudal ke Bali, bergabung dengan Sanggar Minum Kopi yang sekaligus mempertemukannya dengan penyair "legendaris" Umbu Landu Paranggi. Situasi di sanggar tersebut digambarkan Umbu dengan ungkapan inspiratif sekaligus provokatif: saling asah dan asuh, gosok dan esek, duet dan duel! Sebuah situasi yang kemudian diterjemahkan kawan-kawannya sebagai tradisi sparring-partner.
Avg Rating
3.62
Number of Ratings
29
5 STARS
14%
4 STARS
41%
3 STARS
38%
2 STARS
7%
1 STARS
0%
goodreads

Author

Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua
Author · 6 books
Raudal Tanjung Banua, lahir di Lansano, Kenagarian Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19 Januari 1975. Pernah menjadi koresponden Harian Semangat dan Harian Haluan, Padang, untuk akhirnya memutuskan merantau ke Denpasar, Bali, bergabung dengan Sanggar Minum Kopi dan intens belajar pada penyair Umbu Landu Paranggi; lalu ke Yogyakarta, menyelesaikan studi di Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mendirikan Komunitas Rumahlebah dan bergiat di Lembaga Kajian Kebudayaan AKAR Indonesia - sebuah lembaga budaya yang menerbitkan JURNAL CERPEN INDONESIA.
548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved