
Novel ini ditulis berdasarkan suatu peristiwa sejarah yang terlarang diceritakan pada masa kejayaan Kediri. Para penyair dan empu dilarang menuliskan kisah ini karena setiap catatan tentangnya akan mencoreng kekuasaan Rake Halu Dharmmawangsa Airlangga. Semua berpusat pada seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Ibu Ratna Manggali atau Rangda ing Jirah (Janda dari Jirah), pemimpin Kabikuan Jirah. Sebuah kabikuan Budha Tantra dengan para pendeta yang tidak menggunting rambut dan tidak berambisi memasuki nirwana. Dari tempat inilah, Ibu Ratna Manggali menggetarkan takhta Airlangga dengan perluasan wilayah dan penyebaran ajaran yang semakin lama semakin banyak pengikutnya. Puncaknya adalah ketika Airlangga akan menobatkan putrinya menjadi pewaris Kediri. Dari kabikuan Jirah, muncul seseorang yang membuat Kediri harus terbelah dua. Perang saudara pun tak terelakkan. Tangan-tangan pun berdarah dalam kekuasaan. Para empu kebingungan di mana mesti meletakkan Randa ing Jirah dalam sejarah. Mereka bungkam dan menanam pena masing-masing beratus-ratus tahun lamanya. Sekarang, seorang penyair menuliskan kembali kisah Ibu Ratna Manggali dalam novel Janda dari Jirah ini. Dengan bahasa yang mengkristal di setiap paragrafnya, novel ini memikat pembaca untuk terus menelusuri kilas balik sebuah cerita terlarang. Hanya dalam buku ini, apa yang dulunya tak tertulis, kembali dikisahkan.
Author

Cok Sawitri adalah penulis perempuan bernama lengkap Cokorda Sawitri, kelahiran Karangasem, Bali, dan kini tinggal di Denpasar, Bali. Selain sebagai aktivis teater, Cok juga menulis beberapa artikel, puisi, cerita pendek dan juga aktif dalam aktifitas budaya sosial sebagai pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali di tahun 1997 dan Kelompok Tulis Ngayah di tahun 1989. Cok tercatat sebagai salah satu dari penasehat The Parahyang untuk majelis Desa Pekraman atau desa adat di Sidemen, Karangasem, Bali. Ia juga aktif dalam organisasi yang bergerak dalam bidang perempuan dan kemanusiaan sampai grup-grup teater di Bali.