Margins
Kemarau book cover
Kemarau
1957
First Published
4.09
Average Rating
118
Number of Pages

Kemarau panjang melanda sebuah kampung. Tanah jadi retak dan sawah pun jadi kering kerontang. Orang kampung pun mulai resah dan gelisah. Sebetulnya ada sebuah danau dekat kampung itu. Akan tetapi, orang kampung ternyata lebih suka pergi ke dukun. "Dan setelah tak juga keramat dukun itu memberi hasil, barulah mereka ingat pada Tuhan. Mereka pergilah setiap malam ke mesjid mengadakan ratib, mengadakan sembahyang kaul meminta hujan. Tapi hujan tak kunjung turun juga." Hanya Sutan Duano yang berbuat lain. "Pada ketika bendar-bendar tak mengalirkan air lagi, sawah-sawah sudah mulai kering dan matahari masih terus bersinar dengan maraknya tanpa gangguan awan sebondong pun, diambilnya sekerat bambu. Lalu disandangnya di kedua ujung bambu. Dan dua belek minyak tanah digantungkannya di kedua ujung bambu itu. Diambilnya air ke danau dan ditumpahkannya ke sawahnya." Akan tetapi, apakah orang kampung mengikuti perbuatan Sutan Duano itu? Jawabannya Anda temukan dalam novel Kemarau karangan A.A. Navis - pengarang cerpen yang kesohor Robohnya Surau Kami - ini.

Avg Rating
4.09
Number of Ratings
247
5 STARS
36%
4 STARS
43%
3 STARS
15%
2 STARS
3%
1 STARS
2%
goodreads

Author

A.A. Navis
A.A. Navis
Author · 10 books

Ali Akbar Navis was a journalist and potential writer. He was a full time writer for Sripo and writes so many stories. His famous books was “Robohnya Surau Kami” which became a monumental work for Indonesian literature. His last work is "Simarandang" a social-culture journal which been published on April 2003. A.A. Navis passed away at age 79.

548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved