
Terdiri atas 52 puisi, buku yang dianggap sebagai sejarah liris ini mewartakan suara lain Kartosoewirjo Apakah aku samudra dan Kau hanyalah sungai kecil apakah aku tak terhingga dan Kau hanyalah ketiadaan apakah aku hukum dan Kau hanya hakim di luar peradilan apakah aku jawaban dan Kau hanya pertanyaan sepele sebelum ujian apakah aku cahaya dan Kau hanya gelap setelah hujan? ("Gusti, Apakah Kau Juga Kesepian") Aku akan menghitung bulu-bulu burung gelatik di pepohonan. Aku akan menghitung rambutku menjelang mereka menembakku. ("Kenangan") Jari telunjukku, jari yang kian menyusut dan rapuh itu, tak pernah benar-benar tepat menunjuk arah kiblat, tetapi selalu saja merasa telah sampai pada makrifat. ("Ayat Batu") Apakah pelayat perlu baju baru untuk bergegas ke makam? Apakah kau perlu baju baru untuk menjemput kematianmu? ("Ganti Baju")
Author

Triyanto Triwikromo (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 15 September 1964; umur 50 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Redaktur sastra Harian Umum Suara Merdeka dan dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, ini kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra, antara lain menjadi pembicara dalam Pertemuan Teater-teater Indonesia di Yogyakarta (1988) dan Kongres Cerpen Indonesia di Lampung (2003). Ia juga mengikuti Pertemuan Sastrawan Indonesia di Padang (1997), Festival Sastra Internasional di Solo, Pesta Prosa Mutakhir di Jakarta (2003), dan Wordstorm 2005: Nothern Territory Festival di Darwin, Australia. Cerpennya Anak-anak Mengasah Pisau direspon pelukis Yuswantoro Adi menjadi lukisan, AS Kurnia menjadi karya trimatra, pemusik Seno menjadi lagu, Sosiawan Leak menjadi pertujukan teater, dan sutradara Dedi Setiadi menjadi sinetron (skenario ditulis Triyanto sendiri). Penyair terbaik Indonesia versi Majalah Gadis (1989) ini juga menerbitkan puisi dan cerpennya di beberapa buku antologi bersama.