
Aku benar-benar nggak ngerti ada orang yang menolak kenyataan. Fakta kalau memang sedang dilanda cinta. Sebegitu takutnya jatuh cinta? Atau mungkin aku yang ge-er, ya? Tapi, aku yakin kok, Gefan, cowok kaku-dingin-serem itu sebenarnya juga ada rasa sama aku. Jadi muncul banyak pertanyaan di benakku. Mungkin masa lalunya yang kelam membuatnya selalu menolak hangatnya persahabatan, menghindari perasaan yang muncul setelah itu? Cinta mungkin? Eh, lama-lama aku ngelantur. Jadi, aku harus gimana, nih? Tetap memperjuangkan dia? Atau menunggunya tanpa kepastian? Lagi dan lagi, pertanyaan tanpa jawaban
Author

Pecinta genre romance yang masih menunggu cinta, sekaligus mencari arti cinta itu sendiri (halah). Penyuka sunyi yang lebih menggilai kopi daripada air putih, cokelat batang daripada es krim, matahari terbit daripada matahari terbenam. Pemimpi yang lebih sering mimpi dalam keadaan mata terbuka, dan mulai jarang mimpi pas tidur lelap. Suatu saat bakal coba nulis genre horor, kalau fobia setannya sudah berkurang.