Margins
Madilog book cover
Madilog
Materialisme, Dialektika, dan Logika
1946
First Published
4.25
Average Rating
560
Number of Pages

Bangsa Indonesia memandang bahwa apa yang terjadi di dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan keramat di alam gaib. Cara pandang ini, disebut-sebut oleh Tan Malaka sebagai "logika mistika". Logika ini melumpuhkan karena, ketimbang menangani sendiri permasalahan yang dihadapi, lebih baik mengharapkan kekuatan-kekuatan gaib itu sendiri. Karena itu, mereka (masyarakat Indonesia) mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa. Melihat kenyataan bangsanya yang masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, Tan Malaka melahirkan Madilog. Madilog merupakan buku yang ditulis oleh Malaka selama delapan bulan (15 Juli 1942 - 30 Maret 2943). Buku ini bukan semacam "ajaran partai" atau "ideologi proletariat", melainkan cita-cita Tan Malaka sendiri. Di mana, Madilog - sebagian besar mengikuti konsep materialistik-dialektik Fredrich Engels - sama sekali bebas dari buku-buku Marxisme-Leninisme yang menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis. Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap: Dari "logika mistika" lewat "filsafat" ke "ilmu pengetahuan" (sains). Dan selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh "logika mistika" itu, tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Madilog merupakan jalan keluar dari "logika mistika" dan imbauan seorang nasionalis sejati buat bangsanya untuk ke luar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.

Avg Rating
4.25
Number of Ratings
2,675
5 STARS
50%
4 STARS
31%
3 STARS
14%
2 STARS
2%
1 STARS
2%
goodreads

Author

Tan Malaka
Tan Malaka
Author · 17 books

Tan Malaka (1894 - February 21, 1949) was an Indonesian nationalist activist and communist leader. A staunch critic of both the colonial Dutch East Indies government and the republican Sukarno administration that governed the country after the Indonesian National Revolution, he was also frequently in conflict with the leadership of the Communist Party of Indonesia (PKI), Indonesia's primary radical political party in the 1920s and again in the 1940s. A political outsider for most of his life, Tan Malaka spent a large part of his life in exile from Indonesia, and was constantly threatened with arrest by the Dutch authorities and their allies. Despite this apparent marginalization, however, he played a key intellectual role in linking the international communist movement to Southeast Asia's anti-colonial movements. He was declared a "hero of the national revolution" by act of Indonesia's parliament in 1963.

548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved