
Parta Gamin Gesit menerbangkan jiwa-jiwa manusia dan binatang ke arah bintang-bintang setelah membakar semak liar pada rembang Kamis petang. Asapnya menyebar bersama angin muson timur dan membuat panik mereka yang menghirupnya. Tetangga dan binatang berusaha mencari pegangan agar jiwa-jiwa mereka tidak melesat ke arah bintang-bintang. Namun, meski telah membakar habis semak-semak itu, Parta Gamin hanyalah orang biasa yang tak pernah tahu masa depan; bahwa kelak, anaknya, yang sekarang baru berupa gumpalan darah, akan menanam kembali semak liar berasap itu dan menjadi terkenal karenanya. Nama anaknya bahkan dihafal oleh sebelas anjing lapar, sebelum akhirnya diberi gelar kehormatan “Penjahat Nasional” pada Hari Anti Jahat Nasional. Cara tutur tokoh yang sederhana dihadirkan penulis guna memunculkan emosi melalui persoalan yang dinarasikannya. Pilihan diksi dalam gaya bertutur kental dengan nilai lokal. —Seno Gumira Ajidarma Karakterisasi tokoh dibangun cukup kuat dengan mengangkat persoalan kritik sosial (kritik terhadap mentalitas keberagaman). —Prof. Agus Nuryatin Nilai lokal kaum agraris ditonjolkan dalam membangun suasana cerita. Eksekusi ending unik dan tidak dipaksakan. —Prof. Suminto A. Sayuti Novel ini menggelitik kita dengan semacam karnaval unik yang menampilkan beragam tokoh tak biasa. Kisah menarik yang memberi pembaca pengalaman literer berbeda. —Anton Kurnia