
Kumpulan cerpen dari Raudal Tanjung Banua Menggarap satuan kecil semisal tradisi kampung atau kehidupan rumah tangga, Raudal Tanjung Banua menjalankan siasat naratif yang jitu dalam menghadapi realitas yang besar. Anasir kecil seperti pisau atau parang, menjadi pusat tersembunyi dari pengisahan; begitu konsistennya anasir itu tergarap, sehingga ia bisa bermakna sebagai kelamin lelaki atau bayangan lelaki, yang merangsang konflik di bawah permukaan. Tanpa perlu menjadi simbolisme atau realisme, sejumlah kisah Raudal yang terbaik menjadi "sistem" yang utuh dalam dirinya sendiri namun sekaligus prisma yang memancarkan masalah kaum, puak, atau satuan sosial yang lebih besar. Tanpa kegenitan untuk meleburkan warna lokal, Raudal berhasil meneruskan kompleksitas (dan keretakan) tradisi lisan ke dalam tulisan, ke dalam sastra. — Nirwan Dewanto
Author
