
Hidup terlalu singkat, kata seorang kekasih menggugat cintanya yang pergi. Bagaimana jika tak ada lagi cinta esok lusa? Bagaimana jika jauh ternyata tak berapa lama jaraknya? Kekasih itu menggugat. Ia menangis. Kenangan; satu-satunya yang paling berharga, dimungkiri oleh cintanya. Hidup terlalu singkat, katanya lagi. Sambil mengemasi sisa-sisa harap dan bersiap pergi. “Semoga ada persimpangan di depan sana. Agar aku bisa menjual kenangan dan rindu yang menyisa,” lirih hatinya, perih.
Author

Selalu bertaruh dengan pagi. Selalu akrab dengan keterburu-buruan. Dan, terlalu percaya pada keajaiban. :) Penulis Penjual Kenangan (Bukune, 2013); Silang Hati (GagasMedia, 2012); Kucing Melulu & Cerita Cinta (Me)Lulu (GagasMedia, 2009) Beberapa karyanya (cerpen/puisi) pernah dipublikasikan di Koran Tempo, majalah Femina, Tribun Jabar, majalah Kreatif, Gadis, majalah Muda, Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung (BPPM UGM, 2004), antologi cerpen Yang Dibalut Lumut (CWI-Depdiknas, 2003), antologi cerpen Kota yang Bernama dan Tak Bernama (Bentang-DKJ, 2003), antologi sajak Bisikan Kata Teriakan Kota (Bentang-DKJ, 2003), & Jurnal Puisi (2003).