
Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti binatang. Sirna sudah impiannya membangun Sumba. Kini dia harus melawan orangtua, seisi kampung, dan adat yang ingin merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan. Ketika budaya memenjarakan hati Magi yang meronta, dia harus memilih sendiri nerakanya: meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada si mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ditulis berdasarkan pengalaman banyak perempuan korban kawin tangkap di Sumba. Tradisi kawin tangkap menggedor hati Dian Purnomo untuk menyuarakan jerit perempuan yang seolah tak terdengar bahkan oleh Tuhan sekalipun.
Author

Terlahir dengan nama Dian Yuliasri di Salatiga tanggal 19 Juli 1976, Dian mulai menulis dengan serius sejak SMA. Mantan pekerja radio yang dibesarkan oleh grup Prambors dan FeMale radio ini, telah menulis 10 novel dan antologi cerita pendek. Belajar tentang kriminologi khususnya perlindungan anak membuatnya banyak merenung kembali tentang karya. Mengerjakan isu-isu sosial dari mulai perempuan dan anak yang dipenjarakan di Puska PA dan Kriminologi UI, kekerasan berbasis gender di Rutgers WPF Indonesia, pneumonia pada anak, disabilitas dan anak-anak yang tinggal di panti asuhan ketika di Save the Children, migrasi aman, kesehatan seksual reproduksi dan lingkungan di OnTrack Media Indonesia membuatnya banyak belajar dan mengubah tema-tema karyanya. Setelah vakum menulis selama enam tahun, dia akhirnya menemukan warna baru tema-tema karyanya. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam menandai metamorfosanya. Novel yang ditulis setelah mendapatkan grant Residensi Penulis Indonesia 2019 selama enam minggu tinggal di Sumba tentang kawin tangkap ini, menandai perjuangannya dalam bentuk novel.