
Rendra selalu membukakan telinganya bagi jerit hewan yang terluka. Dia mengidentifikasikan diri dengan orang-orang lanjut usia yang kesepian; dengan sepenuh daya-rasa hatinya dia memihak kepada wanita desa Aminah, yang setelah terpeleset, tidak lagi mendapat tempat dalam kehidupan bersama masyarakat desa yang "baik-baik." Berilah jalan pada kambing hitam, kerna ia telah dahaga padang hijau. Berilah jalan pada semangat hilang, kerna ia telah dahaga sinar terang (Aminah). Dia menyuarakan kesengsaraan orang-orang miskin yang tertindas dalam "Sajak Ciliwung", sungai di Jakarta yang sejak dahulu dikenal oleh penyair-penyair Indonesia sebagai lambang suka-duka rakyat Indonesia. A. Teeuw
Author

Willibrordus Surendra Broto Rendra (b. November 7 1935) is a famous Indonesian poet who often called by his friends and fans as "The Peacock". He established the Teater Workshop in Yogyakarta during 1967 but also the Teater Rendra Workshop in Depok. His photo here shown Rendra in his room at 1969. Theatres: * Orang-orang di Tikungan Jalan (1954) * SEKDA (1977) * Mastodon dan Burung Kondor (1972) * Hamlet (Translated from Hamlet by William Shakespeare) * Macbeth (Translated from Macbeth from William Shakespeare) * Oedipus Sang Raja (Translated from Oedipus Rex by Sophokles) * Kasidah Barzanji * Perang Troya Tidak Akan Meletus (Translated from La Guerre de Troie n'aura pas lieu by Jean Giraudoux) Poems: * Jangan Takut Ibu * Balada Orang-Orang Tercinta * Empat Kumpulan Sajak * Rick dari Corona * Potret Pembangunan Dalam Puisi * Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta! * Nyanyian Angsa * Pesan Pencopet kepada Pacarnya * Rendra: Ballads and Blues Poem * Perjuangan Suku Naga * Blues untuk Bonnie * Pamphleten van een Dichter * State of Emergency * Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api * Mencari Bapak * Rumpun Alang-alang * Surat Cinta * Sajak Rajawali * Sajak Seonggok Jagung Short Stories: * Pacar Seorang Seniman