Margins
Prahara Budaya book cover
Prahara Budaya
Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk.
1995
First Published
3.51
Average Rating
469
Number of Pages

Apa yang sebenarnya berlangsung di bidang seni-budaya Indonesia pada tahun-tahun menjelang Gestapu? Perbenturan ideologi yang begitu gemuruh, ruwet dan panjang,melibatkan demikian banyak orang, organisasi dan peristiwa, makan waktu hampir sewindu lamanya (1959-1965), seperti telah tertutup kini oleh layar pembabakan pentas sejarah negeri kita. Yang tampak seakan hanya gerak bayang-bayang tumpang-tindih, tidak jelas sosok formatnya dan bagaimana urutan kejadiannya. Prahara Budaya disusun dan diantarkan kepada pembaca oleh dua orang aktivis budaya zaman tersebut, yaitu redaktur D.S. Moeljanto dan penyair Taufiq Ismail. Inilah buku pertama mengenai tabrakan ideologi Marxisme-Leninisme dengan Pancasila di bidang seni-budaya, yang berbicara dengan kekayaan dokumentasi -yang seakan raib selama ini: esai, artikel, polemik, sajak, surat, guntingan berita, notulen rapat, pernyataan - yang disusun rapi sehingga pembaca dapatmengikuti kilas-balik secara berurutan. Pengantar sejarah D.S. Moeljanto dengan padat menyuguhkan kronologi peristiwa seni-budaya, dan catatan pergolakan batin Taufiq Islamil memaparkan nuansa-dalam seorang penyair muda yang sedang bertumbuh dalam sewindu adegan ingar-bingar tersebut. Bagi pembaca yang mengalami zaman itu, Prahara Budaya mengingatkan kembali akan sikap partisan buta, trauma terompetisme slogan, dan kenyinyiran komandoisme. Bagi pembaca muda, buku ini membukakan tabir sejarah pergolakan seni-budaya pada zaman Demokrasi Terpimpin yang belum tersingkap selama ini. Apa dan bagaimana kiprah Lekra/PKI dan kawan-kawannya? Benarkah ada pemujaan pada Lenin dan fanatisme buta terhadap partai? Bagaimana Manifes Kebudayaan lahir? Bagaimana pembungkaman kreativitas dan fitnah kepada pengarang kubu lain berlangsung? Benarkah pelarangan dan pembakaran buku terjadi? Apa itu KKPI? Benarkah kelompok Lekra/PKI mengembangkan kebiasaan bercarut-marut sehingga ada tokoh Lekra yang menyebut lawannya dengan istilah iblis? Prahara Budaya menjawab pertanyaan-pertanyaan besar orang muda yang tak ikut menyaksikan hiruk-pikuk zaman itu—Fadli Zon, mahasiswa teladan UI 1994 ... sangat penting terutama bagi generasi pasca 1966 —Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, penyair ... perlu disimak dan dipelajari secara kritis terutama oleh kaum muda —Prof. Dr. Andre Hardjana, esais.[]

Avg Rating
3.51
Number of Ratings
45
5 STARS
11%
4 STARS
42%
3 STARS
36%
2 STARS
9%
1 STARS
2%
goodreads

Authors

Taufiq Ismail
Taufiq Ismail
Author · 5 books
Taufik Ismail was born in Bukittinggi West Sumatera on June 25, 1935. He was prominent Indonesian writer and made influence in Indonesian literature the post-Sukarno regime. He was one of pioneer Generation of '66. He was complated his education in FKHP University of Indonesia. Before active as a writer, he taught in Institut Pertanian Bogor. In 1964, he assigned Manifesto Kebudayaan and consequence stopped as a teacher by government. He compiled many of poems, the famous are Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya : Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh. Bored with his serious style, in 1970 Taufik created his poems mixed with humor. Taufik has many of regards, such as Cultural Visit Award from Australia government (1977) and South East Asia Write Award from king of Thailand (1994).
548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved