
Aku menitipkan hatiku kepadamu tetapi kau sendiri tak mampu menjejakkan kakimu tetap di sebuah titik. Bagaimana aku bisa percaya? Jika kau katakan cinta, aku temukan ia di sini, di tempat yang kusebut rumah ini. Ada cinta, mimpi, dan harapan di sini. Aku takut untuk harus meraihmu, memastikanmu tak akan pergi lagi ketika aku lepaskan tanganku. Ya, karena itulah aku meninggalkanmu, memilih arah yang berbeda denganmu. Lalu, cinta itu datang. Cinta dari seorang yang mungkin menyimpan sosokmu di dalam dirinya. Aku yakin aku mampu hidup bersamanya, mimpi dan harapan kami sama. Namun, takdir, ya aku tak mampu bertaruh dengannya. Kau, dia, dan cinta aku simpan di hatiku. Suatu saat nanti, jika memang sudah waktunya, akan kubuka kembali cerita tentang rahasia hati. Kau atau dia, entah, aku belum menentukan siapa yang aku nanti.
Author

Terlahir dengan nama Dian Yuliasri di Salatiga tanggal 19 Juli 1976, Dian mulai menulis dengan serius sejak SMA. Mantan pekerja radio yang dibesarkan oleh grup Prambors dan FeMale radio ini, telah menulis 10 novel dan antologi cerita pendek. Belajar tentang kriminologi khususnya perlindungan anak membuatnya banyak merenung kembali tentang karya. Mengerjakan isu-isu sosial dari mulai perempuan dan anak yang dipenjarakan di Puska PA dan Kriminologi UI, kekerasan berbasis gender di Rutgers WPF Indonesia, pneumonia pada anak, disabilitas dan anak-anak yang tinggal di panti asuhan ketika di Save the Children, migrasi aman, kesehatan seksual reproduksi dan lingkungan di OnTrack Media Indonesia membuatnya banyak belajar dan mengubah tema-tema karyanya. Setelah vakum menulis selama enam tahun, dia akhirnya menemukan warna baru tema-tema karyanya. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam menandai metamorfosanya. Novel yang ditulis setelah mendapatkan grant Residensi Penulis Indonesia 2019 selama enam minggu tinggal di Sumba tentang kawin tangkap ini, menandai perjuangannya dalam bentuk novel.