
Jika orang mengira aku sudah gila, mereka salah besar. Berbicara dengan seekor ayam justru telah berhasil mempertahankan kewarasanku. Ini bukan masalah sentimentil seperti orang yang berbicara dengan anjing peliharaan kesayangannya. Aku tidak sayang Oki, malah kadang muncul keinginan untuk menyembelihnya, mencabuti bulu-bulunya yang merah dan biru gelap. Hanya saja, cuma dia yang bisa aku ajak bicara ngalor-ngidul saat ini. Jika tidak ada Oki, mungkin sekarang aku masih bersembunyi di pondok itu sampai perlahan-lahan lupa dengan bahasa makhluk dari jenisku sendiri. Dan kini aku memandangi ayam itu seperti memandangi anak kami. Mata kupejamkan dan kedamaian mengaliri relung-relung jiwaku. Hanya di tempat ini aku bisa merasakan kehadirannya, kehangatannya dan menertawakan sifatnya yang polos.