
Biasanya, orang hanya mengenal Sitor Situmorang sebagai penyair. Dalam kenyataan, Sitor juga menulis sejumlah cerpen. Salah satu kumpulan cerpennya, yaitu Pertempuran dan Salju di Paris (1956), malahan terpilih sebagai pemenang Hadiah Sastra Nasional Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) tahun 1955/1956. Kumpulan cerpen Salju di Paris ini berisi 12 cerpen Sitor dan dipilih dari tiga kumpulan cerpen Sitor terdahulu. Lima cerpen berasal dari kumpulan Pertempuran dan Salju di Paris, lima cerpen berasal dari kumpulan Pangeran (1963), dan dua cerpen berasal dari kumpulan Danau Toba (1981). Meskipun ditulis sekian puluhan tahun yang lampau, cerpen-cerpen Sitor dalam Salju di Paris ini masih tetap aktual sampai sekarang. Bahasanya yang puitis menyebabkan cerpen-cerpen Sitor ini juga enak dibaca.
Author

Sitor Situmorang (lahir di Harianboho, Samosir, Sumatera Utara, 2 Oktober 1923), dengan nama Raja Usu, adalah wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia. Ayahnya adalah Ompu Babiat Situmorang yang pernah berjuang melawan tentara kolonial Belanda bersama Sisingamangaraja XII. Sitor menempuh pendidikan di HIS di Balige dan Sibolga serta MULO di Tarutung kemudian AMS di Jakarta. Ia sempat berkelana ke Amsterdam dan Paris (1950-1952). Tahun 1956-57 ia memperdalam ilmu sinematografi di Universitas California. Setelah keluar dari tahanan politik, ia tinggal di Leiden (1982-1990) lalu Islamabad (1991). Karirnya dimulai sebagai wartawan harian Suara Nasional (Tarutung, 1945), Waspada (Medan,1947), Berita Indonesia, dan Warta Dunia (Jakarta, 1957). Ia pernah menjadi dosen Akademi Teater Nasional Indonesia (Jakarta), anggota MPRS dari kalangan seniman, Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (1959-65), lalu ditahan pemerintahan Orde Baru. Karyanya antara lain kumpulan cerpen Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat hadiah sastra nasional 1955, kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta 1976, otobiografi : Sitor Situmorang Sastrawan 45, Penyair Danau Toba (1981); sejarah lokal: Toba na Sae (1993) dan Guru Somalaing dan Modigliani Utusan Raja Rom (1993).