
Dari segumpal bayu yang lunak, lembut dan sering mengusap wajah, ianya berubah menjadi angin yang deras, ribut yang kencang dan taufan yang gawat; siapsiaga melanda sebarang penindasan, ketidakadilan dan kepalsuan. Demikian berkembangnya watak Suman dari seorang anak desa yang paling simple, seorang abang yang cukup mesra berubah cepat menjadi pemuda berang bersaga biji mata, utuh urat saraf serta sedia pula mempamerkan keberangannya itu sehingga tumpu menjadi wira yang berwibawa mencurah harapan dan cita-cita yang optimistik kepada anak buah sedesanya. Perubahan ini banyak puncanya: keinsafan, berdikari, kenal diri, jemu mengemis, hilang kesabaran, tak selera memamah gadung. Dan segalanya bertunjangkan kemiskinan yang amat tak tertanggung. Juga perubahan itu tertiup dari kota Pulau Pinang. Bahana kotaraya dibawa pulang ke kampung oleh Fatah, seorang penarik beca dan Suud, seorang bekas tentera. Maksiat yang membalut setiap hidup kota, penindasan di luar kemampuan daya manusia, keringat yang tak pernah mengenal detik dan tempat. Segala itu tertiup ke desa memberi bibit-bibit kesedaran baru dalam perjuangan. Semuanya memadukan tenaga, mencantum suara, menyimpul jeritan, meluput kesabaran. Dan dengan satu tekad, satu paduan, satu cita-cita dan satu tenaga kebulatan yang tak pernah terduga oleh sesiapa terbentuk dengan ikatan darah dan cinta senasib. Tumbuh satu generasi baru yang berani melenting, menjerit, melaung dan akhirnya mengepal tinju. Di belakang ribuan anak buah memberi sokongan. Shahnon Ahmad dalam novelnya Seluang Menodak Baung ini menidakkan struktur dan plot yang konvensional untuk membuahkan karya yang disumbat dengan rentetan emosi, sentimen yang penuh dengan ruapan dendam di luar kawalan dalam bentuk dan gaya yang tersendiri dan paling unik pernah tercipta.
Author

Dato' Haji Shahnon bin Ahmad (born 1933 in Sik, Kedah) is a Malaysian writer, a National Laureate, and a former Member of Parliament. He was awarded with the National Literary Award in 1982. He is also a Professor Emeritus at Universiti Sains Malaysia in Penang. Shahnon has written a number books, one of the most notable being Shit @ PukiMak @ PM (1999), a controversial political satire. The book makes allegorical references to the ruling coalition government, Barisan Nasional (BN), its major component party, United Malays National Organisation (UMNO), and former Malaysian Prime Minister Mahathir bin Mohamed. There were attempts by the government to ban this book and to strip Shahnon of his literary title. Some novels written by Shahnon include Ranjau Sepanjang Jalan (1966)—which has been adapted into a film called Rice People directed by Cambodian film director Rithy Panh, Rentong (1965), Srengenge (1973)—which won the Malaysian Novel of the Year in 1970, and Terdedah (1965). Shahnon is also a member of opposition political party PAS. In the 1999 general election, he contested in the Parliamentary constituency of Sik (P.13) in which he won. He did not contest in the 2004 general election which saw PAS losing that seat to BN. Source: Wikipedia