Margins
Seri Cerita Kenangan Nh. Dini book cover 1
Seri Cerita Kenangan Nh. Dini book cover 2
Seri Cerita Kenangan Nh. Dini book cover 3
Seri Cerita Kenangan Nh. Dini
Series · 11 books · 1978-2025

Books in series

Sebuah Lorong di Kotaku book cover
#1

Sebuah Lorong di Kotaku

1978

Dapat kubayangkan kedua orang tuaku mengunjungi rumah itu. Mengagumi pendapa lindung adem oleh naungan dahan-dahan pohon sawo yang tumbuh di empat penjuru halaman. Kemudian dengan Khidmat mengusapkan alas kaki pada keset sabut di ujung anak tangga, masuk ke dalam bangunan, menyelidik serta mengamati ruangan-ruangan tengah dan kamar tidur yang di tunjukan oleh penjaga. Setiap orang pastilah menyimpan kenangan yang berasal dari masa kanak-kanaknya, baik kenangan yang manis maupun kenangan yang pahit. Akan tetapi, tidak semua orang mampu mengungkapkannya kembali secara tertulis, seperti yang dilakukan Nh. Dini. Dalam Sebuah Lorong di Kotaku ini, Dini mengisahkan kembali peristiwa-peristiwa yang dialaminya pada tahun-tahun terakhir zaman penjajahan Belanda hingga masuknya tentara Jepang. Diceritakan antara lain ramai-ramai menyerok ikan di belakang rumah ketika banjir, mengunjungi kakek-nenek (dari pihak ayah + ibu), pertama kali masuk sekolah, ikut mengungsi, dan lain-lain. Buku ini adalah buku pertama dari seri "cerita kenangan" Nh. Dini.
Langit dan Bumi Sahabat Kami book cover
#3

Langit dan Bumi Sahabat Kami

1979

Di zaman yang serba kekurangan, di kala Semarang jadi rebutan para penjajah, penduduk sudah tidak bebas lagi berbuat sekehendak hati. Mereka hidup dalam kekangan. Dalam Langit dan Bumi Sahabat Kami ini, Dini mengisahkan kembali peristiwa-peristiwa yang dialaminya pada masa itu : kekurangan makanan, musim yang kering, keadaan yang memprihatikan, dan lain-lain. Semua itu dihadapi keluarga Dini dengan tabah dan tawakal. Seperti kata Ibu Dini, "Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kauinjak, kauludahi. Namun tak hentinya memberimu makanan dan minuman."
Sekayu book cover
#4

Sekayu

1988

SEKAYU mengisahkan masa kanak-kanak dan masa awal remaja serta lingkungan kehidupannya, baik di sekitar rumah tangga, teman, tetangga dan kotanya. Dengan penulisan yang teliti, jujur dan halus, pengalaman pribadi pengarang ini merupakan salah satu sumber daya ciptanya yang subur di kemudian hari.
Jepun Negerinya Hiroko book cover
#7

Jepun Negerinya Hiroko

2000

Dari Parangakik Ke Kampuchea book cover
#8

Dari Parangakik Ke Kampuchea

2003

Rupanya roda kehidupan berumahtangga tidak bisa berputar terus tanpa kerusakan. Kerumpilan jalan yang kulalui sambil meniti roda tersebut pada suatu ketika berhasil menguras kekuatan fisik dan rohaniku. Kondisi badan dan semangat sedemikian lemas sehingga aku sangat memerlukan kesegaran, kekuatan yang lain, yang bukan bersumber dari surga. Dan entah sudah digariskan oleh skenario dari Langit ataukah karena kelemahanku sendiri, ketika tampak bayangan rimbun menyejukkan di luar jalan yang kutempuh, aku nekat. Kuganti arahku untuk menyimpang, menuju ke tempat yang menjanjikan keteduhan itu. Walaupun rasa nyaman dan segar itu tidak kuketahui akan berlangsung sampai kapan.
Dari Fontenay ke Magallianes book cover
#9

Dari Fontenay ke Magallianes

2005

La Grande Borne book cover
#10

La Grande Borne

2007

Hubungan yang semakin memburuk dengan suaminya, di tambah penyakit fatal yang nyaris merenggut nyawanya, membuat Dini menjalani hari - harinya tanpa semangat. Detik demi detik dilaluinya bagaikan robot yang bergerak secara otomatis. Bahkan, ia mulai tidak peduli kepada Lintang dan Padang. Setitik harapan yang masih tersisa di hatinya hanyalah terwujudnya rencana - rencana yang telah disusun \`Kaptenku\` - kekasihnya - untuk mereka berdua dan anak - anaknya. Dini merindukan saat yang tepat untuk meninggalkan kehidupannya yang bagai terpanggang api dan memulai lembaran baru dalam rengkuhan sejuknya kasih sayang sang Kapten. Tapi... manusia hanya bisa merencana, Tuhan ber - kehendak lain...
Argenteuil book cover
#11

Argenteuil

Hidup Memisahkan Diri

2008

Argenteuil, sebuah kota kecil di tepian Sungai Seine, kira-kira 10 km barat laut Paris. Ke sanalah Dini pindah setelah suaminya berangkat ke Amerika Serikat untuk menjadi Konsul Jenderal Prancis di Detroit. Padang ikut ayahnya, sementara Lintang meneruskan tinggal di asrama sekolah sampai menamatkan pendidikan menengahnya. Sambil menunggu perceraian resmi yang proses pengurusannya memakan waktu 4-6 tahun, ia memilih hidup memisahkan diri dari suami dan anak-anaknya. Meski demikian, ia bersyukur karena Lintang dan Padang mendukung keputusannya dan secara batin tetap dekat dengannya. Di Argenteuil, Dini menjalani hari-hari yang tenang dengan bekerja sebagai dame de compagnie-wanita pendamping bagi Tuan Willm, seorang pria tua berusia tujuh puluhan yang hidup seorang diri di rumah kuno berlantai empat dan pernah menjadi tempat tinggal Karl Marx. Tugas Dini adalah merawat dan menjadi teman berbincang bagi Tuan Willm. Di saat-saat senggang, ia terus menekuni kegemarannya menulis dan berkebun. Hari-harinya yang tenang terusik ketika ia menerima undangan dari Angele - kakak Sang Kapten, untuk berkunjung ke tanah pertanian tempat kekasihnya itu dilahirkan.
Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang book cover
#12

Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang

2012

Sejak hidup memisahkan diri, Dini sudah bermaksud tidak akan tinggal di Prancis untuk selamanya. Lalu disebabkan oleh kondisi kesehatannya yang semakin rentan, dia memutuskan mempercepat kepulangannya ke Tanah Air. Saudara-saudara, teman-teman, dan relasinya menyambut kedatangannya dengan hangat. Mereka sangat penuh perhatian, sehingga Dini tidak merasa kehilangan tatacara kehidupan di Eropa yang serba teratur, bersih, dan disiplin. Dunia pendidikan-sosal-budaya di Tanah Air langsung dia tekuni. Berbagai kesempatan tersuguh dalam urusan ecology atau lingkungan hidup. Dini tidak hanya sebagai penonton yang berdiri di luar garis. Berkat bantuan dan perhatian beberapa tokoh tertentu, dia terjun langsung ke lapangan. Pengetahuannya mengenai kekayaan alam yang selama itu dia temukan dalam bacaan, kini langsung dia serap di hutan dan belantara Tanah Air. Dan ketika dia pikir saatnya tiba untuk pulang kandang, hanya kota Semarang dan kampung Sekayu-lah yang akan menjadi tujuan kepindahannya...
Pondok Baca Kembali ke Semarang book cover
#13

Pondok Baca Kembali ke Semarang

2025

Tahun 1980 Dini kembali ke Tanah Air. Setelah beberapa tahun mondar-mandir antara Jakarta dan Semarang, pada tahun 1985 Dini menetap di kota asalnya, pulang ke Kampung Sekayu. Di sana dia mendirikan taman bacaan yang dinamakan Pondok Baca Nh. Dini atau disingkat PB, dilayankan kepada para pra-remaja dan remaja sekitar. Berkat bantuan teman-teman dan saudara-saudaranya, usaha nirlaba tersebut berjalan lancar. Di sela-sela mengawasi anggota PB yang membaca dan mengerjakan Latihan-Latihan Bahasa, Dini meneruskan kegiatannya menulis novel dan cerita pendek. Namun kehidupan tidak semulus yang dia harapkan. Banjir dan tanah longsor sempat nyaris mematahkan semangat hidupnya. Gangguan bencana alam tersebut memaksa Dini pindah tempat tinggal hingga 3 kali: dari Kampung Sekayu ke Griya Pandana Merdeka di Ngalian, lalu mengungsi kembali ke Sekayu, kemudian ke Perumahan Beringin Indah di Ngalian juga. Dia mampu menyandang pengalaman tersebut sebagian besar berkat bantuan Kedutaan Besar Selandia Baru dan lingkungan dekatnya, ialah saudara-saudaranya dan para anggota Rotary Club Semarang Kunthi. Dini menjadi anggota perkumpulan bergengsi itu sejak masa tinggalnya di Kampung Sekayu. Berkat kegiatannya sebagai pengelola Pondok Baca, Dini dihubungi oleh Plan International, sebuah organisasi yang mengatur perkenalan antara pasangan suami-istri di seluruh dunia dan dan anak asuh di negara-negara yang sedang berkembang. Plan International di Kupang Timur menawarkan kerja sama kepada Dini. Semua tampak nyaman, segalanya terasa seakan-akan berlangsung damai seterusnya. Namun selalu terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia. Menjelang tahun 1998, Dini juga terkena imbas perubahan itu. Era yang disebut Reformasi melanda diri dan lingkungannya....
Dari Ngalian ke Sendowo book cover
#14

Dari Ngalian ke Sendowo

2015

Menginjak awal masa yang disebut “manusia usia lanjut” atau manula, Dini mengalami tambahan kesulitan dalam menyikapi kehidupan. Yang pertama adalah seringnya mengalami gangguan kesehatan, sedangkan hal kedua ialah sukarnya mendapatkan tenaga guna membantu mengurus rumah tangga serta Pondok Baca. Kebiasaan masa lalu, di mana kaum wanita berdatangan dari desa menuju kota untuk bekerja sebagai pembantu atau pamong balita, telah berubah. Mereka memilih menjadi karyawati di berbagai pabrik yang bertumbuhan di sepanjang jalan-jalan besar pinggiran kota. Demi kepraktisan, Dini memutuskan akan bergabung ke suatu kelompok organisasi khusus bagi orang-orang berusia di atas 50 tahun. Dia tertarik kepada Yayasan Wredha Mulya, atau disingkat YWM, yang didirikan oleh Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwono ke-X. Menempati seluasan tanah milik Kraton, yayasan tersebut membangun rumah-rumah kecil yang disebut Graha Wredha Mulya di kawasan Sendowo, Sinduadi, RT 13/56, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Apa boleh buat, Dini “harus” pindah, meninggalkan kota kelahirannya. Aneka kejadian dialami dan dijalani oleh Dini sebagai lansia mandiri, sebagai pekerja seni di bidang susastra, dan juga sebagai warga Daerah Istimewa Yogyakarta. Empat tahun berlalu, namun dia tidak juga mendapatkan ketenangan lahir ataupun batin seperti yang dia harapkan. Karena pada akhirnya, lingkungan yang semula damai dan tenteram, berubah menjadi bising, sangat mengganggu kegiatan seorang praktisi bidang kepengarangan seperti dirinya. Ketika di cakrawala tampak ada harapan meraih ketenteraman yang dia idamkan, Tuhan menganugerahkan tambahan pengalaman berupa gempa bumi dahsyat........

Author

Nh. Dini
Nh. Dini
Author · 24 books

Nh. Dini (Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin) started writing since 1951. In 1953, her short stories can be found in most of national magazines like Kisah, Mimbar Indonesia, and Siasat. She also writes poems, radio play, and novel. Bibliography: * Padang Ilalang di Belakang Rumah * Dari Parangakik ke Kampuchea * Sebuah Lorong di Kotaku * Jepun Negerinya Hiroko * Langit dan Bumi Sahabat Kami * Namaku Hiroko * Tirai Menurun * Pertemuan Dua Hati * Sekayu * Pada Sebuah Kapal * Kemayoran * Keberangkatan * Kuncup Berseri * Dari Fontenay Ke Magallianes * La Grande Borne

548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved