
Part of Series
copy-editor: Lulu Fitri Rahman & Poppy D. Chusfani Shin Suikoden Buku I Shi Shin, pemuda dengan rajah sembilan naga di tubuhnya, ahli tongkat yang meski mudah emosi, namun sangat menghargai pertalian antarlelaki sejati. Ro Chi Shin si Pendeta Bunga, mantan polisi militer dengan tubuh dan sikap bagaikan raksasa kasar, namun berhati lembut laksana bunga musim semi yang dirajah indah menakjubkan di punggungnya. Cendekiawan Go, guru kuil di desa yang tersohor ketajaman akal dan kepiawaiannya dalam membuat strategi . Jalan hidup mereka beserta para pengemban tugas bintang lain, yang semua berjumlah 108, bersinggungan di masa penuh kegelapan Dinasti Sou. Meski harus menempuh jalur di luar hukum yang berlaku, para bandit budiman titisan 108 Bintang ini akan melakukan perubahan besar. ——————————————————————————- Suikoden atau yang biasa kita kenal dengan Kisah Batas Air dan 108 Pendekar merupakan karya besar klasik Cina. Kisah ini sudah berkali-kali diadaptasi ulang ke dalam bentuk layar lebar, layar kaca, video games, maupun manga. Shin Suikoden adalah salah satu karya besar Eiji Yoshikawa sang maestro cerita petualangan. Karya ini merupakan penulisan ulang yang menjanjikan intrik-intrik baru kisah Suikoden. Ditulis oleh penulis kawakan dan diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang oleh Jonjon Johana, Shin Suikoden Buku 1 ini akan membawa kita ke dalam jalinan cerita yang seru dan memikat, dalam perjalanan hidup para pendekar untuk meresapi pesan moral di baliknya.
Author

Pen-name of Yoshikawa Hidetsugu. Yoshikawa is well-known for his work as a Japanese historical fiction novelist, and a number of re-makes have been spawned off his work. In 1960, he received the Order of Cultural Merit. Eiji Yoshikawa (吉川 英治, August 11, 1892 – September 7, 1962) was a Japanese historical novelist. Among his best-known novels, most are revisions of older classics. He was mainly influenced by classics such as The Tale of the Heike, Tale of Genji, Outlaws of the Marsh, and Romance of the Three Kingdoms, many of which he retold in his own style. As an example, the original manuscript of Taiko is 15 volumes; Yoshikawa took up to retell it in a more accessible tone, and reduced it to only two volumes. His other books also serve similar purposes and, although most of his novels are not original works, he created a huge amount of work and a renewed interest in the past. He was awarded the Cultural Order of Merit in 1960 (the highest award for a man of letters in Japan), the Order of the Sacred Treasure and the Mainichi Art Award just before his death from cancer in 1962. He is cited as one of the best historical novelists in Japan.