
Part of Series
Sou Kou Mei, si Hujan Berkah, sangat dihormati karena baik hati dan dermawan. Namun, pembunuhan yang tidak disengaja membawanya bertemu dengan gerombolan 108 bintang. Bu Shou, si Penumpas Harimau. Pembalasan dendam atas kematian sang kakak mengantarkannya pada takdir kehidupan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Shin Mei, si Api Guntur. Panglima tertinggi di Provinsi Sei yang ditugaskan untuk menumpas perampok justru menjadi buronan. Jalan kehidupan mempertemukan mereka dan para pengemban tugas bintang lainnya yang kini mulai menyatukan kekuatan di Ryou Zan Paku. Kelak, para ksatria 108 bintang tersebut akan menorehkan sejarah besar dalam masa kelam di masa Dinasti Sou. ——— Suikoden atau yang biasa kita kenal dengan Kisah Batas Air dan 108 Pendekar merupakan karya besar klasik Cina. Shin Suikoden merupakan penulisan ulang kisah Suikoden yang memikat dan penuh pesan moral. Ditulis oleh Eiji Yoshikawa dan diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang oleh Jonjon Johana, buku ini akan membawa kita ke dalam jalinan kisah cinta para pendekar dan perjalanan hidup mereka yang penuh warna.
Author

Pen-name of Yoshikawa Hidetsugu. Yoshikawa is well-known for his work as a Japanese historical fiction novelist, and a number of re-makes have been spawned off his work. In 1960, he received the Order of Cultural Merit. Eiji Yoshikawa (吉川 英治, August 11, 1892 – September 7, 1962) was a Japanese historical novelist. Among his best-known novels, most are revisions of older classics. He was mainly influenced by classics such as The Tale of the Heike, Tale of Genji, Outlaws of the Marsh, and Romance of the Three Kingdoms, many of which he retold in his own style. As an example, the original manuscript of Taiko is 15 volumes; Yoshikawa took up to retell it in a more accessible tone, and reduced it to only two volumes. His other books also serve similar purposes and, although most of his novels are not original works, he created a huge amount of work and a renewed interest in the past. He was awarded the Cultural Order of Merit in 1960 (the highest award for a man of letters in Japan), the Order of the Sacred Treasure and the Mainichi Art Award just before his death from cancer in 1962. He is cited as one of the best historical novelists in Japan.