
Saraswati, seorang murid cerdas dari keluarga miskin, terpaksa menuruti permintaan ibunya untuk menjadi seorang sintren, karena gagal menikah dengan Kirman, anak juragan Wargo. Dalam hitungan Saraswati, dengan menjadi sintren dirinya bisa ikut membiayai sekolahnya. Apa lacur, yang terjadi justru ia menerima cercaan dari lingkungannya. Meski usianya baru 13 tahun, semenjak menjadi sintren. Saraswati semakin menunjukkan pesonanya sebagai pujaan lelaki - baik yang bujangan maupun yang sudah beristri; dari segala lapisan dan golongan - sehingga menjadi pusat hinaan kaum istri. Saraswati juga menyebabkan seorang gurunya, Ibu Kartika, memilih mengakhiri hidupnya karena tak bisa menerima kenyataan mantan kekasihnya menjadi gila lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan pada Saraswati. Sintren Saraswati benar-benar bak bintang yang sedang bersinar terang. Tetapi, mengapa akhirnya ia hanya bersedia menerima lamaran duda tua-yang tak sempat menyentuhnya karena keburu meninggal? Pun, ketika ia memutuskan menikah lagi, mengapa suami-suami berikunya juga menemui nasib serupa, meninggal dalam hitungan hari setelah masa pernikahan? Apa penyebabnya dan mengapa pula kemarahan kaum istri memuncak hingga berniat membakar rumahnya? Dianing Widya Yudhistira, pengarag yang produkstik mencipta puisi dan cerita pendek, menceritakannya denga gaya bahasa lisan yang sangat memikat.