
Di hutan, harimau tak selalu perkasa. Suatu kali ia ditipu seekor kambing yang memamah pohon gondola, tumbuhan yang mengandung cairan seperti darah. Sang raja hutan ketakutan karena berpikir bahwa kambing adalah hewan pemangsa harimau. Meski berjudul Tantri, Perempuan yang Bercerita, ini bukan buku dongeng. Cok Sawitri, sang penulis, menyuguhkan penggalan-penggalan fabel yang mengandung keteladanan soal bagaimana sepatutnya kita menghargai dan menjalani hidup. Ada pula patokan-patokan moral tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku dan berkomunikasi dengan orang lain. Lewat hewan-hewan rekaannya, Tantri, perempuan pendongeng dalam novel ini, menyodorkan sudut pandang "dari seberang" yang tidak sama dengan pandangan mata keseharian kita. Bagaimana ia bisa memiliki begitu banyak kisah berbingkai yang pada akhirnya mampu menundukkan seorang raja bengis? Binatang-binatang dihidupkan dan bertingkah seperti manusia. Mengingatkan kita pada film-film animasi Hollywood yang membanjiri pasar komoditas hiburan kita. Dengan bahasa yang indah, binatang-binatang itu ditampilkan sebagai makhluk-makhluk lokal yang dekat dengan kita. Bahkan, seakan mereka adalah diri kita sendiri.
Author

Cok Sawitri adalah penulis perempuan bernama lengkap Cokorda Sawitri, kelahiran Karangasem, Bali, dan kini tinggal di Denpasar, Bali. Selain sebagai aktivis teater, Cok juga menulis beberapa artikel, puisi, cerita pendek dan juga aktif dalam aktifitas budaya sosial sebagai pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali di tahun 1997 dan Kelompok Tulis Ngayah di tahun 1989. Cok tercatat sebagai salah satu dari penasehat The Parahyang untuk majelis Desa Pekraman atau desa adat di Sidemen, Karangasem, Bali. Ia juga aktif dalam organisasi yang bergerak dalam bidang perempuan dan kemanusiaan sampai grup-grup teater di Bali.