Margins
Tetralogi Dangdut book cover 1
Tetralogi Dangdut book cover 2
Tetralogi Dangdut book cover 3
Tetralogi Dangdut
Series · 4 books · 2007-2017

Books in series

Dangdut book cover
#1

Dangdut

2017

Hidup Nora berubah total setelah secara tak sengaja melihat Mala kencing di rerumpun bunga. Pun demikian halnya dengan Mala. Kariernya sebagai pimpinan redaksi di sebuah media massa terkemuka juga berubah drastis sejak kejadian itu. Kisah keduanya memang mirip lagu dangdut yang terkesan murahan, tetapi ternyata tak sesederhana itu. Ada lapis-lapis kejadian yang menjadikan peristiwa sepele itu teramat vital. Terdapat skenario politik dan jalur jurnalistik yang tergoyang oleh alunan 'kecelakaan' itu.
Nora book cover
#2

Nora

2007

Novel NORA ini adalah bagian pertama tetralogi DANGDUT yang memaparkan sosok Nora yang tidak tertebak. Ia penuh kejutan, tidak terikat oleh apa pun. Tindakannya yang tidak masuk akal tampak seperti pemberontakan yang ngawur, tetapi juga membersitkan kepedihan dan kekosongan. Mala dengan terkaget-kaget, mencoba untuk memahami kehadiran Nora sambil menebak-nebak apa yang sebenarnya yang bersembunyi di balik semua keanehan perempuan itu. Ia tidak terseret, tapi ingin tahu. Ia membiarkan dirinya masuk ke dalam perangkap, dengan harapan akan mampu menaklukan seekor kuda liar. Tetapi, ternyata tidak semudah yang dipikirkannya. Sementara, sebuah konspirasi politik yang sedang merencanakan masa depan Indonesia yang baru, jadi rancu karena ada ambisi-ambisi pribadi mengacaukan. Menyusul sebuah pembunuhan kejam terjadi, tetapi hukum membiarkan saja tidak terbeber tuntas. Korban yang di mutilasi, diterima saja sebagai kekejaman biasa. Dengan keadaan begitu, kebenaran memang bisa diatur. Tak ada yang peduli, karena semua orang sibuk dengan urusannya sendiri.
Mala book cover
#3

Mala

Tetralogi Dangdut

2008

Novel tentang Cinta, Pers,Politik, dan persahabatan
Indonesia book cover
#4

Indonesia

2017

Menyandang nama Indonesia bukanlah perkara mudah. Hal ini dialami oleh anak Mala dan Nora. Banyak teror, baik fisik maupun mental yang harus dihadapinya ketika membawa nama ini ke hadapan publik. Indonesia adalah sosok yang kuat dan unik. Jiwa nasionalisnya sudah terpupuk sejak bayi. Ia hanya bisa dininabobokan dengan lagu “Indonesia Raya”. Namun, sanggupkah ia menghadapi dosa warisan dari orang tuanya ketika politik telah menjelma kubu-kubu yang siap memangsanya? Mampukah ia menunaikan cita-cita mulia yang terkandung di namanya?

Author

Putu Wijaya
Putu Wijaya
Author · 24 books

Putu Wijaya, whose real name is I Gusti Ngurah Putu Wijaya, is an Indonesian author who was born in Bali on 11 April 1944. He was the youngest of eight siblings (three of them from a different father). He lived in a large housing complex with around 200 people who were all members of the same extended family, and were accustomed to reading. His father, I Gusti Ngurah Raka, was hoping for Putu to become a doctor, but Puti was weak in the natural sciences. He liked history, language and geography. Putu Wijaya has already written around 30 novels, 40 dramas, about a hundred short stories, and thousands of essays, free articles and drama criticisms. He has also produced film and soap-opera scripts. He led the Teater Mandiri theatre since 1971, and has received numerous prices for literary works and soap-opera scripts. He's short stories often appear in the columns of the daily newspapers Kompas and Sinar Harapan. His novels are often published in the magazines Kartini, Femina and Horison. As a script writer, he has two times won the Citra prize at the Indonesian Film Festival, for the movies Perawan Desa (1980) and Kembang Kertas (1985).

548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved