
Puisi-puisi Agus Noor bukanlah puisi yang membuat kening kita berkerut, tetapi membawa kita dalam kehangatan. Kata-kata itu seperti menyentuh perasaan kita dengan lembut dan kadang tak terduga, kemudian terasa lega. (Sha Ine Febriyanti) Seperti menikmati kopi hangat, merasakan ‘kesedihan yang tak membutuhkan pelukan’. Nikmatilah, dalam puisi-puisi ini, kalian bukan hanya bertamu, tapi berada di dalamnya, menikmati kopi sekali seduh. (Syaharani) Buku puisi yang ingin saya baca ulang, agar bisa berkali-kali membiarkan diri terhanyut. Saya tak akan heran, bila banyak perempuan akan menyimpan buku ini dalam tasnya, dan selalu dibaca saat merasa sendirian. (Happy Salma)
Author

Agus Noor, menulis banyak prosa, cerpen, naskah lakon (monolog dan teater) juga skenario sinetron. Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain, Memorabilia, Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), Matinya Toekang Kritik, Potongan Cerita di Kartu Pos. Karya-karya Agus Noor yang berupa cerpen juga banyak terhimpun dalam beberapa buku, antara lain: Jl. Asmaradana (Cerpen Pilihan Kompas, 2005), Ripin (Cerpen Kompas Pilihan, 2007), Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia, (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002), Pembisik (Cerpen-cerpen terbaik Republika), 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 (Pena Kencana), dll. Menerima penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992. Mendapatkan sertifikat Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1992 untuk tiga cerpennya: “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru” dan “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”. Sedang cerpen “Pemburu” oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik yang pernah terbit di majalah itu selama kurun waktu 1990-2000. Dan cerpen “Piknik” masuk dalam Anugerah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk kategori cerpen.