
Ia selalu suka duduk di hadapan cermin. Cermin besar yang sengaja dibelikan ibunya semasa kecil. Di dalam cermin itu, ia seolah bisa melihat dunia. Bukan dunia seperti tempat yang dipijaknya kini, melainkan sebuah tempat yang berbeda. Dan, lama-kelamaan ia tahu, dunia itu sesungguhnya berasal dari matanya yang berwarna terang dan sedikit kelabu. Selain cerita pendek berjudul Dunia di Dalam Mata, di dalam buku ini ada 22 judul cerita pendek lainnya dari 18 penulis terseleksi dan 4 moderator @fiksimini: Agus Noor, Clara Ng, Eka Kurniawan, dan M. Aan Mansyur. Mengisahkan beragam tema dengan gaya penulisan yang berbeda.
Authors

Andi Wirambara, lahir tanggal 24 September di Ambon. Seorang yang menyebut dirinya perindu yang terakreditasi. Menjadi juara pertama saat mewakili Jawa Timur pada tangkai lomba penulisan puisi Pekan Seni Mahasiswa Nasional 2012 (PEKSIMINAS XI) di Mataram. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen dan puisi seperti Munajat Sesayat Doa (leutika Prio, 2011), Kulepaskan Kau dari Hatiku (Leutika Prio, 2011), Happy Birthday-Kumpulan Pemenang Lomba 4 tahun kemudian.com (Indie Book Corner, 2011), Gincu Merah (Nulisbuku, 2011), Cinta, Kenangan, dan Hal-Hal yang Tak Selesai (Gramedia Pustaka Utama, 2011), kumpulan flaschfiction fiksimini Malang MUAH! (Nulisbuku, 2011), Poetry Poetry from 226 Indonesian poets - Flows into the Sink into the Gutter (Shell, 2012), Sulfatara - Pelangi Sastra Malang dalam Puisi (Recist, 2012), Merentang Pelukan (Motion Publishing, 2012), Ice Cream and Love (Divapress 2013); Dunia di Dalam Mata (2013), Antologi Pertemuan Kita (2014) ; Sebuah Kota Menyambutku dengan Secangkir Robusta (2023). Buku-buku tunggalnya yaitu kumpulan puisi HARMONIKA LELAKI SEPI (Indie Book Corner, 2010), kumpulan cerpen SEKEPING TANDA (Indie Book Corner, 2011), kumpulan puisi LENGKUNG (Shell, 2012), dan TENTANG PERTEMUAN (Indie Book Corner, 2014). Saat ini menekuni dunia praktisi hukum.

Eka Kurniawan was born in Tasikmalaya in 1975 and completed his studies in the Faculty of Philosophy at Gadjah Mada University. He has been described as the “brightest meteorite” in Indonesia’s new literary firmament, the author of two remarkable novels which have brought comparisons to Salman Rushdie, Gabriel García Márquez and Mark Twain; the English translations of these novels were both published in 2015—Man Tiger by Verso Books, and Beauty is a Wound by New Directions in North America and Text Publishing in Australia. Kurniawan has also written movie scripts, a graphic novel, essays on literature and two collections of short stories. He currently resides in Jakarta. Eka Kurniawan, seorang penulis sekaligus desainer grafis. Menyelesaikan studi dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karyanya yang sudah terbit adalah empat novel: Cantik itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), dan O (2016); empat kumpulan cerita pendek: Corat-coret di Toilet (2000), Gelak Sedih (2005), Cinta Tak Ada Mati (2005), dan Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (2015); serta satu karya non fiksi: Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis (1999).

Clara Ng adalah pengarang sejumlah novel dewasa dan juga buku anak-anak. Ibu muda berbintang Leo ini lahir di Jakarta tahun 1973. Lulusan di Ohio State University jurusan Interpersonal Comunication ini tidak pernah bercita-cita jadi penulis, namun kini karya-karyanya mengalir tanpa henti. Novel-novel dewasa yang sudah diterbitkan adalah Indiana Chronicle: Blues, Indiana Chronicle: Lipstick, Indiana Chronicle: Bridesmaid, The (Un)Reality Show, dan Utukki: Sayap Para Dewa. Buku anak-anaknya yang sudah terbit adalah Seri Berbagi Cerita Berbagi Cinta.


After Rain adalah novel debut Anggun Prameswari. Sebelumnya, cewek Gemini yang juga pencinta bulan purnama ini, sering menulis cerpen di banyak media nasional. Selain menulis, kesehariannya diisi dengan mengajar bahasa Inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang

Idawati Zhang lahir di Jakarta. Setelah menjalani berbagai profesi di dunia kerja, akhirnya ia kembali pada impian semula, yaitu menjadi seorang penulis. Berpendapat hidup telah memiliki cukup banyak masalahnya sendiri hingga ia selalu berusaha memasukkan unsur komedi dalam tulisannya. Karya yang telah diterbitkan antara lain novel "Hujan dan Pelangi" (Plotpoint Publishing, April 2013), cerpen "Mati" dalam Kumcer "Dunia Di Dalam Mata" (Motion Publishing, Maret 2013), "Tiga Keping Hati" (Juara II Lomba Novela Gramediana, September 2014), serta beberapa tulisan pendek di majalah. Idawati Zhang bisa dihubungi via Twitter di akun @IdawatiZhang atau FB di akun facebook.com/zhang.idawati ~"I'm most alive when I write."~


Faisal Oddang was born on 18th September 1994. He finished his study in Universitas Hasanuddin, focusing on Indonesian Literature. His books are: Poetry Collection Perkabungan untuk Cinta (Mourning for Love) and Manurung was shortlisted for Khatulistiwa Literary Award 2018, Novels: Tiba Sebelum Berangkat (Arriving Before Departing) was shortlisted for Khatulistiwa Literary Award 2018, Puya ke Puya (From One Heaven to Another) won 4th place in Jakarta Art Council Novel Competition 2014 and was chosen as the best novel in 2015 by Tempo Magazine. He achieved: Robert Bosh Stiftung and Literary Colloquium Berlin Grants 2018, Iowa International Writing Program 2018, Asean Young Writers Award 2014, Best Short Stories Writers 2014 by Kompas Daily, Prose Writer of The Year 2015 by Tempo Magazine, Best Essayist in Asean Literary Festival 2017. He was invited as a speaker in Ubud Writers and Readers Festival 2014, Salihara International Literary Biennale 2015 and Makassar International Writers Festival 2015, and participated in writer’s residency 2016 in Netherland by Indonesian National Book Committee. Email: faisaloddang@gmail.com

Agus Noor, menulis banyak prosa, cerpen, naskah lakon (monolog dan teater) juga skenario sinetron. Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain, Memorabilia, Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), Matinya Toekang Kritik, Potongan Cerita di Kartu Pos. Karya-karya Agus Noor yang berupa cerpen juga banyak terhimpun dalam beberapa buku, antara lain: Jl. Asmaradana (Cerpen Pilihan Kompas, 2005), Ripin (Cerpen Kompas Pilihan, 2007), Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia, (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002), Pembisik (Cerpen-cerpen terbaik Republika), 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 (Pena Kencana), dll. Menerima penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992. Mendapatkan sertifikat Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1992 untuk tiga cerpennya: “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru” dan “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”. Sedang cerpen “Pemburu” oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik yang pernah terbit di majalah itu selama kurun waktu 1990-2000. Dan cerpen “Piknik” masuk dalam Anugerah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk kategori cerpen.

Fitrawan Umar lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa antologi, seperti Merentang Pelukan (Motion, 2012), Dunia di Dalam Mata (Motion, 2013), Wasiat Cinta (Nala, 2013), Through Darkness to Light (UWRF, 2013), Esai tanpa Pagar (Nala, 2014), dan Out of Ubud (Yayasan Lontar, 2013). Ia pernah diundang sebagai penulis terpilih pada festival sastra internasional Ubud Writers and Readers Festival pada tahun 2013. Buku puisinya, Roman Semesta (Motion, 2014) meraih nominasi Anugerah Pembaca Indonesia 2014. Novel debutnya adalah Yang Sulit Dimengerti Adalah Perempuan (Exchange, 2015). Fitrawan mengelola blog www.fitrawanumar.com dan Twitter @fitrawanumar. Ia bisa dihubungi secara personal melalui email: fitrawan.umar@gmail.com.