
“Prie GS yang saya kenal adalah pribadi sederhana. Tulisannya sederhana. Tetapi… dalam!” -Andrie Wongso, Motivator No. 1 Indonesia “Novel ini mengajari kita seni negosiasi dan memenanginya. Negosiasi ala Ipung mengingatkan saya pada tokoh Toyotomi Hideyoshi dalam Taiko dan Don Corleone dalam The Godfather yang legendaris itu.” -Ustadz Anif Sirsaeba, Ustadz Motivator “Tidak saja seorang penulis, seniman, dan budayawan, Prie GS di mata saya adalah juga ‘kiai’.” -Irwan Hidayat, Presdir PT Sido Muncul “Dengan gaya bahasa yang lugas dan down to earth, Prie GS mampu mengingatkan kita pada fenomena yang sering kita abaikan.” -Harjanto Halim, Presdir PT Marimas “Sebagai guru, saya akan bangga jika punya murid seperti Ipung dalam novel ini. Cerdas, percaya diri, dan bertanggung jawab.” -Abdun Said, M.Ag., Praktisi Pendidikan “Novel ini membuat saya belajar banyak tentang kehidupan. Naifnya, saya harus mau belajar dengan bocah ABG. Ya, siapa lagi kalau bukan Ipung.” -Fahmi Arif, Mahasiswa UIN Jakarta “Saya telah jalan-jalan di kedai buku di Nagoya Mal, Batam. Saya terpanggil untuk membeli Ipung, dan saya pulang ke Malaysia pada hari berikutnya menggunakan feri ke Stulang Laut Johor. Begitu naik feri dari Batam Center saya mulai membaca cerita Ipung, belum sempat sampai di Stulang Laut saya sudah habis membacanya. Hebat, sungguh hebat ceritanya.” -Prof. Madya. Ir. Muhidin Arifin, Deputy Dean (Resources) Faculty of Engineering Universiti Industri Selangor
Author

Supriyanto atau lebih dikenal dengan nama populernya yaitu Prie GS (Prie Great Spirit), lahir di Semarang pada tanggal 2 Februari 1965. Ia menyelesaikan sekolah menengahnya di SMA PGRI Kendal, kemudian melanjutkan studi perguruan tinggi pada Program Diploma III Seni Musik IKIP Semarang. Tetapi saat ini ia lebih dikenal sebagai seniman dan budayawan. Pada tahun 1987 bergabung dengan harian Suara Merdeka sebagai kartunis. Dalam dunia kartunis, beberapa kali ia menjadi pemenang lomba kartun, baik nasional maupun internasional. Prie GS juga pernah diundang Japan Foundation untuk pameran dan berdiskusi tentang kartun di Tokyo, Jepang. Selain itu, ia juga memperdalam ilmu jurnalistiknya di Lembaga Pers Dr. Sutomo Jakarta. Beberapa karya berupa buku yang telah ditulisnya antara lain, Nama Tuhan di Sebuah Kuis (Solo, 2003) dan Merenung Sampai Mati (Solo, 2004). Di pertengahan tahun 2005, Prie GS mengeluarkan tiga karyanya; More Than Love (novel remaja), Just for Love (novel remaja), dan Mari Menjadi Kampungan (catatan harian seorang budayawan). Jauh sebelum menulis buku, Prie GS sudah dikenal sebagai kolumnis. Tulisan-tulisan kolomnya sering dimuat di beberapa media, di antaranya Surat Kabar Harian Suara Merdeka dan Tabloid Keluarga Cempaka Minggu Ini. Selain menulis karya, sehari-hari Prie GS adalah Pimpinan Redaksi Tabloid Keluarga Cempaka Minggu Ini yang masih seinduk dengan Suara Merdeka Group. Ia juga menjadi penulis Skesa Indonesia dan Smartorial sebagai salah satu tajuk dalam Radio Smart FM, Host Obrolan Simpang Lima di TVRI, Walikota Silaturahmi di TV Borobudur. Prie GS juga dikenal sebagai mentor emosional, yang sering diminta memberikan dorongan secara emosi dan membangun mental kalangan yang menekuni dunia entrepreneur agar bangkit dan tidak menyerah. Dengan beberapa pengusaha Semarang, ia juga mendirikan wadah komunitas para 40 pelaku dunia usaha yang bernama Senity (Smart Entrepreneur Community). Saat ini, Prie GS, sedang menyiapkan film komedi parodi satir politik yang bertajuk Negara Kata-Kata untuk dipublikasikan. Intensitas pertemuannya dengan banyak komunitas membuatnya kaya akan pengalaman menghadapi berbagai macam jenis orang dengan kepribadian yang bermacam-macam pula. Hal tersebut secara langsung memberikan pelajaran-pelajaran berharga baginya sehingga mendorong kematangan emosinya. Saat ini ia menetap di kota yang amat dicintainya, Semarang.