
Part of Series
Dalam puisinya, penyair ini membiarkan alusi menjadi alusi, tidak ketakutan kemudian menjadikannya sekadar catatan kaki, atau malah tergoda menjadikannya bahan pamer. Di sana-sini juga muncul empati sosial yang dideskripsikan dengan lembut. Pengendapan emosi, intensitas, dan kesubliman merupakan kekuatan manuskrip ini di samping kemampuan berbahasa yang baik. —Dewan Juri Sayembara Manuskrip Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015 Puisi-puisi karya Purnama selalu bagai jalan berkelok yang ditumbuhi beragam tanaman hias di kanan-kirinya. Pada setiap kelokan kita menemukan kejutan, yang membawa kita pada pemandangan mengagumkan. —Putu Fajar Arcana, Redaktur Budaya Kompas Minggu, penyair, dan cerpenis Di dalam seagian besar kumpulan sajak ini, Purnama Sari mengajak kita untuk keluar dari tradisi etno- dan ego-sentris dari kebanyakan penyair Bali modern: bukan diri yang dibicarakan, dan diajak merasakan, tetapi "yang lain". Si "lian" itu dirangkul di dalam ruang yang beda, status sosial yang beda, atau politik dan budaya yang beda. Tetapi justru karena diakui sebagai "beda", "kelianan" itu hilang dengan sendirinya, larut di dalam kebersamaan Sang Manusia. —Jean Couteau, Budayawan dan kritikus seni
Author

Karya Ni Made Purnama Sari dimuat di sejumlah media massa, seperti Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, Media Indonesia, Bali Post, Indopos, Jurnal Nasional, dan majalah Femina. Dia juga pernah meraih juara di beberapa lomba penulisan cerpen yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Denpasar (2003), Pusat Bahasa Jakarta (2005), Selsun Golden Award (2006), dan lain-lain. Sebelumnya dia memenangkan kompetisi pembacaan cerpen di Denpasar, yang diraihnya saat masih duduk di bangku SMP dan SMA. Belakangan, dia lebih kerap menulis puisi. Kumpulan puisinya, Kawitan, menjadi Pemenang II Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015. Setahun sebelumnya, 2014, antologi puisi pertamanya, Bali-Borneo, meraih Buku Puisi Pilihan Anugerah Hari Puisi Indonesia dari Yayasan Sagang dan Indopos. Made pernah diundang mengikuti Temu Sastra Mitra Praja Utama (Lampung, 2010), Ubud Writers and Readers Festival (Bali, 2010), Temu Sastrawan Indonesia IV (Ternate, 2011), Padang Literary Biennale (Padang, 2014), Emerging Writers Festival (Melbourne, 2015), Salihara International Literary Biennale (Jakarta, 2015), dan Pasar Malam Literary Festival (Paris, 2016). Wanita kelahiran Klungkung, 22 Maret 1989, ini pernah bergiat di Bentara Budaya Bali, Tempo Institute, dan sebagai kurator fiksi dan budaya di blog publik Indonesiana Tempo.co. Dia juga kontributor media dan asisten editor beberapa buku memoar dan budaya.