
Di zaman ketika warga bumiputra masih dianggap sebagai warga negara kelas tiga, Wirosoeseno, Jawa tulen, dan Filipus Rechterhand, Belanda totok, pergi berkelana dan mendamparkan diri ke kota Kudus. Nasib mempertemukan mereka di sebuah pabrik rokok kretek besar yang mempekerjakan ribuan buruh. Di sana mereka menempa diri dan jatuh bangun bersama di tengah intrik politik, gebalau zaman, serta gelegar perang kemerdekaan. Mereka juga menjadi saksi kejayaan seorang priyayi rendah, yang dikenal dan dihormati sebagai ‘De Koning’, Sang Raja Rokok Kretek, Nitisemito. Berbekal kerja keras, semangat pantang menyerah, dan kecerdasan pemasaran yang melampaui zaman, Nitisemito berhasil mengubah hidupnya dari seorang mantan kusir dokar menjadi orang terkemuka di zamannya. Pengalaman hidupnya yang layak jadi ilham dan panutan bagi berlapis generasi sesudahnya.
Author

Iksaka Banu lahir di Yogyakarta, 7 Oktober 1964. Menamatkan kuliah di Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Bekerja di bidang periklanan di Jakarta hingga tahun 2006, kemudian memutuskan menjadi praktisi iklan yang bekerja lepas. Semasa kanak-kanak (1974–1976), ia beberapa kali mengirim tulisan ke rubrik Anak Harian Angkatan Bersenjata. Karyanya pernah pula dimuat di rubrik Anak Kompas dan majalah Kawanku. Namun, kegiatan menulis terhenti karena tertarik untuk mencoba melukis komik. Lewat kegiatan melukis komik ini, ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia memperoleh kesempatan membuat cerita bergambar berjudul “Samba si Kelinci Perkasa” di majalah Ananda selama 1978. Setelah dewasa, kesibukan sebagai seorang pengarah seni di beberapa biro iklan benar-benar membuatnya seolah lupa dunia tulis-menulis. Pada tahun 2000, dalam jeda cuti panjang, ia mencoba menulis cerita pendek dan ternyata dimuat di majalah Matra. Sejak itu ia kembali giat menulis. Sejumlah karyanya dimuat di majalah Femina, Horison, dan Koran Tempo. Dua buah cerpennya, “Mawar di Kanal Macan” dan “Semua untuk Hindia” berturut-turut terpilih menjadi salah satu dari 20 cerpen terbaik Indonesia versi Pena Kencana tahun 2008 dan 2009.