Margins
Jantera Bianglala book cover
Jantera Bianglala
1986
First Published
4.15
Average Rating
231
Number of Pages

Part of Series

Atas kehendaknya sendiri kehidupan sering memanjakan seseorang dengan cara memberinya kecantikan. Srintil, ronggeng Dukuh Paruk dan sekaligus daya hidup pedukuhan yang melarat itu, adalah salah seorang di antara mereka yang mendapat hadiah kecantikan. Bagi Srintil, menjadi ronggeng adalah tugas hidup yang sudah ditentukan dalam cetak biru pakem hidupnya. Namun ketika status ronggeng ternyata mengantarkannya ke rumah penjara selama dua tahun, Srintil berupaya merayap menggapai makna kehidupan yang lebih terang. Dengan kemampuan nuraninya sendiri Srintil berhasil mencapai dataran di mana dia mendapat keyakinan baru. Bahwa menjadi perempuan milik umum tidak lebih berharga daripada menjadi perempuan rumah tangga. Keyakinan baru ini dibelanya dengan keras. Dan Srintil merasa hampir menanng ketika seoranng lelaki bermartabat kelihatan menaruh minat kepadanya. Sayang, kehidupan masih ingin membanting Srintil sekali lagi; bantingan dahsyat sehingga kemanusiaan Srintil hanya tersisa pada sosok dan namanya. Srintil yang hancur jiwa dan raganya menggugah kesadaran Rasus, anak muda sepermainan Srintil ketika bocah. Rasus akhirnya mengerti, Srintil yang tinggal menjadi puing dan Dukuh Paruk yang melarat seumur-umur adalah amanat baginya. Srintil harus dibebaskan dari kegetiran dan Dukuh Paruk bersama puaknya tidak bisa lebih lama dibiarkan seperti apa adanya. Jentera Bianglala ini adalah buku ketiga dan terakhir dari urutan dua buku lain yang mendahuluinya, yakni Ronggeng Dukuh Paruk dan Lintang Kemukus Dini Hari

Avg Rating
4.15
Number of Ratings
729
5 STARS
44%
4 STARS
34%
3 STARS
16%
2 STARS
5%
1 STARS
1%
goodreads

Author

Ahmad Tohari
Ahmad Tohari
Author · 21 books

Ahmad Tohari is Indonesia well-knowned writer who can picture a typical village scenery very well in his writings. He has been everywhere, writings for magazines. He attended Fellowship International Writers Program at Iowa, United State on 1990 and received Southeast Asian Writers Award on 1995. His famous works are trilogy of Srintil, a traditional dancer (ronggeng) of Paruk Village: "Ronggeng Dukuh Paruk", "Lintang Kemukus Dini Hari", and "Jantera Bianglala" On 2007, he releases again "Ronggeng Dukuh Paruk" in Java-Banyumasan language which is claimed to be the first novel using Java-Banyumasan. Toward his effort, he receives Rancage Award 2007. The book is only printed 1,500 editions and sold out directly in the book launch. Bibliography: * Kubah (novel, 1980) * Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982) * Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985) * Jantera Bianglala (novel, 1986) * Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986) * Senyum Karyamin (short stories, 1989) * Bekisar Merah (novel, 1993) * Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995) * Nyanyian Malam (short stories, 2000) * Belantik (novel, 2001) * Orang Orang Proyek (novel, 2002) * Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004) * Mata yang Enak Dipandang (short stories, 2013)

548 Market St PMB 65688, San Francisco California 94104-5401 USA
© 2025 Paratext Inc. All rights reserved