
Part of Series
Dari 51 cerpen yang dimuat di Harian Kompas selama 2008, peraih Khatulistiwa Literary Award 2004, Linda Christanty, dan pengajar filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Rocky Gerung, memilih 15 cerpen untuk antologi ini. "Smokol" karya Nukila Akmal, terpilih sebagai cerpen terbaik. Rocky menarik benang merah dari "Smokol", kisah jamuan di meja makan, ke kehidupan kita sehari-hari, dari politik pencitraan hingga politik "rasa lapar" yang wujudnya adalah korupsi, sekaligus upaya mencari keadilan, kesetaraan, dan kebebasan.
Authors

Martin Aleida adalah seorang sastrawan yang lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara, pada 1943. Nama aslinya adalah Nurlan. Martin mengawali karirnya sebagai wartawan di harian Zaman Baru. Profesi inilah yang mengantarkannya ke penjara, ditangkap oleh Orde Baru karena koran tersebut diterbitkan oleh Lembaga Kesenian Rakyat. Menempuh studi lingustik di Georgetown University, Washingotn D.C, Amerika Serikat, Martin pernah bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah media massa, diantaranya Majalah Tempo di Jakarta. Kini, ia aktif sebagai anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta periode 2009 – 2012.

Triyanto Triwikromo (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 15 September 1964; umur 50 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Redaktur sastra Harian Umum Suara Merdeka dan dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, ini kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra, antara lain menjadi pembicara dalam Pertemuan Teater-teater Indonesia di Yogyakarta (1988) dan Kongres Cerpen Indonesia di Lampung (2003). Ia juga mengikuti Pertemuan Sastrawan Indonesia di Padang (1997), Festival Sastra Internasional di Solo, Pesta Prosa Mutakhir di Jakarta (2003), dan Wordstorm 2005: Nothern Territory Festival di Darwin, Australia. Cerpennya Anak-anak Mengasah Pisau direspon pelukis Yuswantoro Adi menjadi lukisan, AS Kurnia menjadi karya trimatra, pemusik Seno menjadi lagu, Sosiawan Leak menjadi pertujukan teater, dan sutradara Dedi Setiadi menjadi sinetron (skenario ditulis Triyanto sendiri). Penyair terbaik Indonesia versi Majalah Gadis (1989) ini juga menerbitkan puisi dan cerpennya di beberapa buku antologi bersama.

Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.

Ratih Kumala, lahir di Jakarta, tahun 1980. Buku pertamanya, novel berjudul Tabula Rasa (Grasindo 2004, GPU 2014), memenangkan Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003. Novel keduanya, Genesis (Insist Press, 2005). Kumpulan cerita pendeknya, Larutan Senja (Gramedia Pustaka Utama, 2006). Buku keempat berjudul Kronik Betawi (novel/GPU, 2009) yang sebelum terbit sebagai buku juga terbit sebagi cerita bersambung di harian Republika 2008. Buku kelimanya berjudul Gadis Kretek (GPU, 2012) dan buku keenamnya adalah Bastian dan Jamur Ajaib (GPU, 2015). Novelnya Gadis Kretek (GPU, 2012) masuk dalam Top 5 kategori prosa Khatulistiwa Literary Award 2012, dan telah diterjemahkan ke Bahasa Inggris –Cigarette Girl (GPU, 2015), bahasa Jerman – Das Zigarettenmadchen (culturbooks publishing, 2015), dan tengah diterjemahkan ke Bahasa Arab untuk diterbitkan di Mesir. Selain menulis fiksi, Ratih juga menulis skenario untuk televisi dan film layar lebar. Saat ini ia tinggal di Jakarta.

Agus Noor, menulis banyak prosa, cerpen, naskah lakon (monolog dan teater) juga skenario sinetron. Beberapa buku yang telah ditulisnya antara lain, Memorabilia, Bapak Presiden yang Terhormat, Selingkuh Itu Indah, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), Matinya Toekang Kritik, Potongan Cerita di Kartu Pos. Karya-karya Agus Noor yang berupa cerpen juga banyak terhimpun dalam beberapa buku, antara lain: Jl. Asmaradana (Cerpen Pilihan Kompas, 2005), Ripin (Cerpen Kompas Pilihan, 2007), Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia, (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002), Pembisik (Cerpen-cerpen terbaik Republika), 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2008 (Pena Kencana), dll. Menerima penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992. Mendapatkan sertifikat Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1992 untuk tiga cerpennya: “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru” dan “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”. Sedang cerpen “Pemburu” oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya terbaik yang pernah terbit di majalah itu selama kurun waktu 1990-2000. Dan cerpen “Piknik” masuk dalam Anugerah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk kategori cerpen.

Nukila Amal mendapat perhatian besar di dunia sastra Indonesia setelah menerbitkan novelnya, Cala Ibi (2003), yang masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award. Kumpulan cerpennya, Laluba (2005), mendapat penghargaan Karya Sastra Terbaik majalah Tempo. Nukila juga meraih penghargaan Cerpen Terbaik Kompas 2008 melalui cerpennya, "Smokol." Karya terbarunya adalah buku anak Mirah Mini: Hidupmu, Keajaibanmu (2013). Pada tahun 2006 Nukila diundang sebagai peserta Iowa International Writing Program di Amerika Serikat. Ia pernah menjadi anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta dan menerjemahkan sejumlah kumpulan puisi. Lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini juga mengelola bisnis roti dietetik.


Ugoran Prasad memenangkan penghargaan cerpen terbaik Kompas (2005-2006) dengan cerpennya, "Ripin." Sebelumnya ia mendirikan BlockNot Forum (1999) dan menerbitkan novel Di Etalase, (Grasindo, 2003). Di tahun 2010, bersama Eka Kurniawan dan Intan Paramaditha, ia menerbitkan kumpulan cerpen Kumpulan Budak Setan (Gramedia Pustaka Utama, 2010), sebuah pembacaan ulang atas karya-karya horor Abdullah Harahap. Sejak awal tahun 2000-an Ugoran telah menjadi resident artist di Teater Garasi. Ia terlibat dalam kerja penulisan naskah maupun dramaturgi beberapa karya, termasuk Waktu Batu, yang ditulisnya bersama Gunawan Maryanto dan Andri Nur Latif (2001-2004; sutradara: Yudi Ahmad Tajudin), dan Mnem[a]syne (sutradara: Yudi Ahmad Tajudin), kolaborasi Teater Garasi dan Teater Kunauka, Tokyo. Ia sempat menjadi Associate Editor di Lebur Theater Quarterly, Jurnal Teater dan Seni Pertunjukan. Ugoran juga dikenal sebagai penulis dan penampil lirik untuk kelompok musik Melancholic Bitch, Yogyakarta. Kelompok ini telah menghasilkan tiga album (Live at nDalem Joyokusuman, 2003, Anamnesis, 2005, dan Balada Joni dan Susi 2009). Pada tahun 2010, bersama musisi indie dari Yogyakarta, Frau, Ugoran menyanyikan kembali lagu yang ia ciptakan untuk album Anamnesis, "Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa.” Ugoran lulus dari jurusan Sosiologi UGM dan mendapat beasiswa Erasmus Mundus untuk program MA of International Performance Research (MAIPR) di University of Amsterdam dan Warwick University (2012). Ia juga pernah memperoleh fellowship dari Asian Cultural Council sebagai visiting scholar di Department of Performance Studies, Tisch School of The Arts, New York University (2008 dan 2010). Sejak 2013 ia menempuh program doktoral di bidang Kajian Teater di City University of New York (CUNY).